Minggu, 04 Oktober 2015

Hasil Penelitian Dan Pembahasan


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan analisa data mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan dengan penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Kecamatan Tenggarong Seberang tahun 2012 yang dilaksanakan pada tanggal 1 November 2012 dengan 30 responden dengan cara menyebarkan kuesioner dan observasi menggunakan DDST.
Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan realibilitas setelah ujian proposal sebanyak 10 responden. Menurut sugiyono (2007) sebuah instrument dikatakan realibilitas ≥ 0,631 dan untuk mengetahui butir soal yang dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien validitas yang disebut r hitung dengan r tabel pada taraf signifikan 5%, yaitu r hitung harus > 0,631. Penelitian ini peneliti menggunakan 2 rumus untuk uji validitas dan realibilitas, untuk pertanyaan pengetahuan menggunakan rumus Korelasi Point Biseral dan KR-20 sedangkan untuk pertanyaan sikap menggunakan rumus pearson product momen dan Alfa Cronbach.  Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Korelasi Point Biseral hasil uji validitas setiap soal dikatakan valid karena r hitung > 0,631. Maka dapat disimpulkan bahwa soal - soal pengetahuan ibu tentang penerapan DDST-II sebanyak 10 pertanyaan yang akan digunakan untuk penelitian pada ibu di Posyandu Cempaka dikatakan valid karena r hitung > 0,631. Dan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus uji KR-20 hasil uji realibilitas sebesar 0,975 > 0,631 maka dapat disimpulkan bahwa soal - soal pengetahuan ibu tentang penerapan DDST-II sebanyak 10 soal yang akan digunakan untuk penelitian pada ibu di Posyandu Cempaka dikatakan realibel karena menurut ketentuan rumus jika r hitung (0,975) > 0,631. Dan dari hasil perhitungan rumus pearson product momen hasil uji validitas setiap soal dikatakan valid karena r hitung > r tabel (0,632). Maka dapat disimpulkan bahwa soal - soal sikap tentang penerapan DDST-II sebanyak 10 soal yang akan digunakan untuk penelitian pada ibu di Posyandu Cempaka dikatakan valid karena r hitung > r tabel (0,632). Dan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus uji Alfa Cronbach dengan menggunakan SPSS-20 hasil uji realibilitas sebesar 0,979 > 0,632. dan realibilitas karena menurut ketentuan rumus jika r hitung > 0,632 Maka dapat disimpulkan bahwa soal - soal sikap tentang penerapan DDST-II sebanyak 10 soal yang akan digunakan untuk penelitian pada ibu di Posyandu Cempaka dikatakan realibel karena menurut ketentuan rumus jika r hitung (0,979) > 0,632.

A.      Hasil Penelitian
Karakteristik Lokasi Penelitian ini Posyandu Cempaka merupakan salah satu Posyandu yang ada di Desa Karang Tunggal, Berada di Jalan Keruing No 3 RT 10 Kecamatan Tenggarong Seberang Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Setiap bulan tepatnya pada tanggal 1 mengadakan kegiatan rutin seperti pelayanan Keluarga Berencana (KB), imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan pemeriksaan ibu hamil dengan jumlah bidan 1 dan Kader sebanyak 5 orang. Tahun 2012 Jumlah bayi dan balita dari keseluruhan sebanyak 89 orang. Bayi yang berusia ≤ 12 bulan sebanyak 45 bayi, sedangkan anak yang berusia ≥ 12 bulan sebanyak 44 anak. Jumlah bayi laki-laki sebanyak 21 dan jumlah bayi perempuan sebanyak 24.

B.       Data Umum
1.         Distribusi Frekuensi Usia Ibu
Berdasarkan umur responden di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal 2012 dapat dilihat pada diagram pie chart dibawah ini:
Pie Chart 4.1 : Diagram Karakteristik Responden Menurut usia Ibu di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal 2012.




Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan diagram pie chart 4.1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden yang berumur 26 – 31 tahun sebanyak 9 orang (30 %), dan sebagian besar responden yang berumur 20 – 25 tahun sebanyak 21 orang (70 %).
Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004). jika dilihat dari sisi biologis, usia 20 – 25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin, usia ini adalah puncak kesuburan pada wanita karena pada usia ini biasanya organ – organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes dan lainnya serta daya tahan tubuh masih kuat (Dini Kasdu, dkk, 2003).
Dari fakta dan teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa ibu yang berusia 20 – 25 adalah puncak kesuburan wanita yang biasanya organ – organ tubuh sudah berfungsi dengan baik sehingga dalam penelitian ini ibu yang berusia 20 – 25 tahun yang dominan dibandingkan dengan ibu yang berusia 26 – 31 tahun.

2.         Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu
Berdasarkan pekerjaan responden di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal 2012 dapat dilihat pada diagram pie chart dibawah ini:
Pie Chart 4.2 : Diagram Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Ibu  di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal 2012.






Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan diagram pie chart 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai IRT sebanyak 19 responden (63 %), hampir setengah responden bekerja swasta sebanyak 6 responden (20 %), dan sebagian kecil responden bekerja sebagai PNS sebanyak 5 responden (17 %).
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. dalam pembicaraan sehari – hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi (Wales, 2009).
Dari teori yang didapat pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dari hasil penelitian didapatkan pekerjaan ibu sebagai IRT yang lebih dominan di bandingkan dengan pekerjaan ibu yang sebagai PNS dan swasta karena dominan suami bekerja di sebuah perusahaan.

3.         Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu
Berdasarkan pendidikan responden di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal 2012 dapat dilihat pada diagram pie chart dibawah ini:
Pie Chart 4.3 : Diagram Karakteristik Responden Menurut pendidikan ibu di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal 2012.



Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan diagram pie chart 4.3 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu yang berpendidikan SMA sebanyak 11 responden (36 %), hampir setengah ibu yang berpendidikan SMP sebanyak 9 responden (30 %), sebagian kecil ibu yang berpendidikan SD sebanyak 5 responden (17 %), dan sebagian kecil ibu yang berpendidikan S1 sebanyak 5 responden (17 %).
Pendidikan terakhir adalah pendidikan formal terakhir yang telah sitempuh responden selama hidupnya (Jhon Dewey, 2005). dari hasil yang didapatkan dari penelitian ini pendidikan terakhir yang dominan ditempuh oleh ibu adalah SMA dibandingkan dengan SD, SMP dan S1.

C.      Data Khusus
1.         Analisa Univariat
Data berupa angket yang telah di isi oleh responden selanjutnya dimasukkan kedalam distribusi frekuensi. Sebelum melakukan perhitungan secara bivariat maka akan diteliti dulu mengenai hasil pengumpulan data dan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal tahun 2012.


a.        Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penerapan DDST-II
Distribusi pengetahuan responden tentang penerapan DDST-II di Posyandu pada penelitian ini diukur dengan melihat hasil tahu ibu yang sedang berkunjung untuk Posyandu yang meliputi kemampuan bayi usia 12 bulan seperti berpegangan, berjalan, berlari, mencoret-coret, menyusun kubus, minum sendiri dengan gelas, bermain dengan orang lain, memanggil mama dan papa, memakai baju sendiri, melompat ditempat. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan ibu tentang penerapan DDST-II dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 : Tabel Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan Ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan tentang penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal.

Pengetahuan
Frekuensi
%
Baik
12
40
Kurang
18
60
Total
30
100
Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 4.1 diatas diketahui bahwa dari 30 responden didapatkan sebagian besar responden berpengetahuan kurang yaitu 18 responden (60%), dan hampir setengah responden yang berpengetahuan baik yaitu 12 responden (40%). Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang penerapan DDST cerminan dari ibu yang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi mengenai kemampuan bayi usia 12 bulan.

b.        Sikap Ibu Tehadap Penerapan DDST-II
Distribusi sikap responden terhadap penerapan DDST-II di Posyandu pada penelitian ini diukur dengan melihat respon ibu terhadap perkembangan bayinya dengan penerapan DDST pada bayi yang berusia 12 bulan meliputi berpegangan, berjalan, berlari, mencoret-coret, menyusun kubus, minum sendiri dengan gelas, bermain dengan orang lain, memanggil mama dan papa, memakai baju sendiri, melompat ditempat. Distribusi responden berdasarkan sikap ibu tentang penerapan DDST-II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 : Tabel Distribusi frekuensi sikap Ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan tentang penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal.

Sikap
Frekuensi
%
Baik
13
43,3
Kurang Baik
17
56,7
Total
30
100
Sumber : Data Primer 2012
Dari tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 30 responden didapatkan sebagian besar responden yang memiliki sikap kurang baik yaitu 17 responden (56,7%), dan sebagian kecil responden yang memiliki sikap baik yaitu 13 responden (43,3%). Sikap yang baik gambaran dari ibu yang memberikan pemantauan yang tepat terhadap bayinya agar bayinya berkembang dengan baik tanpa ada gangguan perkembangan.

c.         Penerapan DDST-II
Distribusi penerapan DDST-II di Posyandu pada penelitian ini diukur dengan melihat respon ibu terhadap perkembangan bayinya dengan penerapan DDST pada bayi yang berusia 12 bulan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan meliputi berpegangan, berjalan, berlari, mencoret-coret, menyusun kubus, minum sendiri dengan gelas, bermain dengan orang lain, memanggil mama dan papa, memakai baju sendiri, melompat ditempat. Distribusi responden berdasarkan penerapan DDST-II dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 : Tabel Distribusi frekuensi penerapan DDST – IIyang petugas lakukan pada bayi usia 12 bulan di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal.

Penerapan
Frekuensi
%
Baik
13
43,3
Kurang Baik
17
56,7
Total
30
100
Sumber : Data Primer 2012

Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 30 responden didapatkan sebagian besar responden penerapan DDST-II kurang baik yaitu 17 responden (56,7%), dan sebagian kecil responden penerapan DDST-II baik yaitu 13 responden (43,3%). Penerapan yang baik merupakan karakteristik dari ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik pula sehingga ibu melakukan sesuatu untuk mengetahui perkembangan bayi terhadap kelainan perkembangan.

2.         Analisa Bivariat
Data yang telah diperoleh selain dianalisis secara univariat dapat dianalisis pula secara bivariat, yaitu dengan membandingkan variabel dependen (terikat) yaitu penerapan DDST-II dengan variabel independen (bebas) yaitu pengetahuan dan sikap. Hal tersebut dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan bermakna antara kedua variabel.

a.    Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Penerapan DDST-II
Distribusi hasil penelitian Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penerapan DDST-II dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.4 : Tabel Silang hubungan tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan tentang penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal.

Pengetahuan
Penerapan DDST-II
Total
%
p Value
XHit
Kurang
Baik
Kurang
15
3
18
100
0,001
10,458
Baik
2
10
12
100
Total
17
13
30
100
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel silang hubungan tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan tentang DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal diatas dapat dilihat bahwa ibu yang berpengetahuan kurang penerapan dengan metode ini juga kurang ada 15 responden dari 18 responden (83,3%) dan ibu yang berpengetahuannya baik penerapannya pun juga baik ada 10 responden dari 12 responden (83,3%). Sedangkan ibu yang berpengetahuan kurang tetapi penerapannya baik ada 3 responden dari 18 responden (16,7%) dan ibu yang berpengetahuan baik tetapi penerapannya kurang ada 2 responden dari 12 responden (16,7%).
Berdasarkan analisa menggunakan SPSS-20 (Statistical Product and Service Solution) didapatkan p-value (0,001) yang jika dibandingkan dengan derajad kebebasan yang digunakan yaitu α (0,05), artinya p-value (0,001) < α (0,05). Kemudian didapatkan hasil perhitungan manual diperoleh X² tabel = 3,841 dan X hitung = 10,458 yang artinya X² hitung  > X² tabel.

b.        Hubungan Antara Sikap Ibu dengan Penerapan DDST-II
Distribusi hasil penelitian Hubungan Antara Sikap Ibu dengan Penerapan DDST-II dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.5 : Tabel Silang hubungan antara sikap ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan tentang penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal.

Sikap
Penerapan DDST-II
Total
%
p Value
XHit
Kurang
Baik
Kurang baik
14
3
17
100
0,004
8,265
Baik
3
10
13
100
Total
17
13
30
100
Sumber : Data Primer 2012
Berdasarkan tabel silang hubungan sikap ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan tentang DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal diatas dapat dilihat bahwa ibu yang sikap kurang baik penerapan dengan metode ini juga kurang ada 14 responden dari 17 responden (82,4%) dan ibu yang sikap baik penerapannya pun juga baik ada 10 responden dari 13 responden (76,9%). Sedangkan ibu yang sikap kurang baik tetapi penerapannya baik ada 3 responden dari 17 responden (17,6%) dan ibu yang sikap baik tetapi penerapannya kurang baik ada 3 responden dari 13 responden (23,1%).
Berdasarkan analisa menggunakan SPSS-20 (Statistical Product and Service Solution) didapatkan p-value (0,004) yang jika dibandingkan dengan derajad kebebasan yang digunakan yaitu α (0,05), artinya p-value (0,004) < α (0,05). Kemudian didapatkan hasil perhitungan manual diperoleh X² tabel = 3,841 dan X hitung = 8,265 yang artinya X² hitung  > X² tabel.

D.      Pembahasan
1.      Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang penerapan DDST-II
Dari hasil analisa univariat yang telah dilakukan dapat dilihat dan digambarkan bahwa ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan di Posyandu Desa Karang Tunggal dari 30 responden didapatkan sebagian besar responden yaitu 18 responden (60%) berpengetahuan kurang, dan hampir setengah responden yaitu 12 responden (40%) yang berpengetahuan baik.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu untuk terbentuknya tindakan seseorang yang mencakup kemampuan kognitifafektif dan psikomotorik. Pengetahuan yang dilihat dari kemampuan kognitif seseorang mencakup kemampuan untuk mengetahui, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi suatu hal. Pengetahuan itu sendiri memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi, menurut Notoatmodjo (2003) ialah faktor internal (umur dan IQ) dan faktor eksternal (lingkungan, sosial budaya, pendidikan, informasi dan pengalaman).
Denver Development screening Test (DDST) adalah suatu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak (Sudarti, khoirunnisa, 2010). Denver Development screening Test (DDST) adalah suatu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, dengan aspek penilaian 125 tugas perkembangan (Yongki, Judha, dkk, 2012).
Menurut Soetjiningsih (2005) perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkunannya.
Dari hasil penelitian dan beberapa teori yang ada, peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penerapan DDST-II. Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang penerapan tersebut merupakan cerminan dari ibu yang mampu mengetahui dan memahami interaksi anak selama ini, evaluasi fungsi penglihatan, pendengaran, bicara, serta memantau perkembangan motorik kasar, motorik halus, personal sosial dan bahasa. Pengetahuan tentang penerapan metode ini sangat penting untuk dimiliki oleh seorang ibu. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan pada bayi. Ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berarti mempunyai pemahaman yang baik tentang manfaat dan dampak perkembangan.
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor tertentu yaitu faktor internal sepeti IQ dan usia, kemudian faktor eksternal seperti pengalaman, informasi, lingkungan, sosial budaya. Demikian juga pengetahuan ibu tentang penerapan metode ini pada bayi dapat dipengaruhi oleh berbagai hal  seperti usia, pendidikan dan pekerjaan sehingga faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pengetahuan ibu tentang penerapan DDST-II.
Dari penelitian diatas bahwa sebagian besar responden yaitu 26 responden (86,6%) menemukan soal nomer 4 yaitu bayi dapat mencoret-coret dikertas adalah bayi yang berusia 12 bulan dan responden menjawab salah, sedangkan peneliti sudah melakukan uji validitas dan realibilitas dan hasilnya valid dan realibel. Peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden menjawab salah kemungkinan karena ibu yang datang ke Posyandu Cempaka yang sebagai responden tidak mengetahui, kurang informasi atau bayi belum mampu mencoret-coret dikertas.
Dengan pengetahuan ibu yang baik penerapan DDST-II pada bayi akan efektif. Demikian juga sebaliknya dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang penerapan ini maka perkembangan pada bayi pun kurang diperhatikan oleh ibu, sehingga perkembangan bayinya dapat terganggu. Seperti yang telah dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2010).

2.        Gambaran sikap ibu terhadap perkembangan DDST-II
Dari hasil analisa univariat yang telah dilakukan dapat dilihat dan digambarkan bahwa ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal dari 30 responden didapatkan sebagian besar yaitu 17 responden (56,7%) yang memiliki sikap kurang baik, dan sebagian kecil yaitu 13 responden (43,3%) yang memiliki sikap baik.
Menurut Abu Ahmadi (2007) sikap adalah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Oleh karena itu ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi didalam kegiatan sosial. Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Walgito dalam Kusumastuti (2010), sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorangnya. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Berdasarkan teori adaptasi apabila tingkat pengetahuan baik setidaknya dapat mendorong untuk mempunyai sikap dan perilaku yang baik pula (Widodo dalam Juliastika,dkk, 2012).
Menurut Azwar (2007) Respons yang digunakan untuk penyimpulan sikap dibagi menjadi 2 yaitu verbal dan non verbal dimana didalamnya terbagi lagi menjadi 3 bagian yaitu terdiri dari respon kognitif, afektif dan konatif. Respon kognitif verbal merupakan pernyataan mengenai apa yang dipercayai atau diyakini mengenai objek sikap. Respon afektif verbal dapat dilihat pada pernyataan verbal perasaan seseorang mengenai seseorang. Respon afektif non verbal berupa reaksi fisik seperti ekspresi muka yang mencibir, tersenyum, gerakan tangan, yang dapat menjadi indikasi perasaan seseorang apabila dihadapkan pada objek sikap. Respons konatif pada dasarnya merupakan kecenderungan untuk berbuat. Dalam bentuk verbal, intensi ini terungkap lewat pernyataan keinginan melakukan atau cenderung untuk melakukan.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok salah satunya adalah pengetahuan yang tergolong sebagai faktor yang mempermudah (Presdisposing factor). Pengetahuan juga merupakan domain koginitif yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru didasari pengetahuan maka akan bersifat langgeng, sebaliknya jika perilaku tidak didasari oleh pengetahuan maka tidak akan berlangung lama.
Denver Development screening Test (DDST) adalah suatu metode pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita dan anak pra sekolah (Soetomonggolo, 2003). DDST memberikan penilaian empat domain perkembangan pribadi – sosial, penyesuaian motorik halus, bahasa dan motorik kasar untuk anak sejak lahir sampai umur 6 tahun.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan (Soetjiningsih, 2005).
Dari hasil penelitian dan teori diatas peneliti menyimpulkan sebagian besar ibu memiliki sikap yang kurang baik terhadap penerapan DDST-II. Sikap ibu terhadap penerapan yang kurang tersebut menunjukkan adanya kaitan yang erat dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang penerapan tersebut yang akan berpengaruh terhadap perkembangan bayi. Hal ini karenakan kurangnya informasi yang benar mengenai penerapan tersebut untuk memantau perkembangan bayi sehingga ibu sering kali tidak memperoleh informasi melalui pelayanan kesehatan reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu ibu untuk mengetahui cara mengukur perkembangan bayi.
Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang penerapan yang diteliti oleh peneliti akan mempengaruhi sikap atau respon ibu terhadap penerapan tersebut, sehingga penerapan pada bayi akan efektif. Demikian juga sebaliknya pengetahuan yang kurang baik akan berpengaruh terhadap sikap atau respon ibu terhadap penerapan ini pada bayi. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dengan sikap ibu yang baik terhadap penerapannya untuk memantau perkembangan bayinya pun ikut baik. Hal ini disebabkan sebagian dari ibu memiliki kebiasaan yang salah dalam menghadapi bayinya seperti membanding – bandingkan tumbuh kembang bayinya dengan bayi orang lain yang umurnya kurang lebih sama karena ibu yang tidak tahu bagaimana menyikapi perkembangan anaknya normal atau tidak. Sikap ibu terhadap perkembangan bayinya juga dipengaruhi tradisi dan kepercayaan yang dianut. Keluarga sangatlah berperan penting dalam hal penerapan DDST-II untuk memantau perkembangan pada bayi.
Dari penelitian diatas bahwa sebagian besar responden yaitu 24 responden (80%) menemukan soal nomer 6 yaitu menurut ibu, bayi berusia 12 bulan dapat minum sendiri dengan gelas dan responden menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju, sedangkan peneliti sudah melakukan uji validitas dan realibilitas dan hasilnya valid dan realibel. Peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar responden menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju kemungkinan karena hal ini membuktikan bahwa ibu tidak mengetahui, kurang informasi atau bayi belum mampu mencoret-coret dikertas.
Sebagai saran komunikasi, berbentuk media massa seperti televisi, majalah, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan  yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu (Azwar, 2007).
Menurut Notoadmojo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue (Petty dkk, 1986 dalam Azwar, 2007).

3.        Gambaran penerapan DDST-II Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan
Dari hasil analisa univariat yang telah dilakukan dapat dilihat dan digambarkan bahwa ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal dari 30 responden didapatkan sebagian besar responden yaitu 17 responden (56,7%) penerapan DDST-II kurang baik, dan sebagian kecil responden yaitu 13 responden (43,3%) penerapan DDST-II baik.
Menurut Yongki, Judha, dkk, (2012) Denver Development screening Test (DDST) tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ melainkan suatu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, dengan aspek penilaian 125 tugas perkembangan. Melakukan penilaian yang umum digunakan untuk memeriksa anak usia dibawah 6 tahun dalam mendeteksi  kemajuan perkembangan pribadi – sosial, penyesuaian motorik halus, bahasa dan motorik kasar mereka. Uji ini dapat dilakukan dalam waktu 20 – 30 menit tanpa pelatihan yang luas atau peralatan mahal.
Dari hasil penelitian diatas peneliti menyimpulkan bahwa pada dasarnya penerapan DDST-II merupakan hasil dari respon ibu dalam bentuk tindakan untuk melakukan penerapan tersebut dari pemahaman terhadap perkembangan. Penerapan ini merupakan hasil dari pengetahuan ibu yang baik serta ibu dapat merespon apa yang telah diketahui dan kemudian dari pengetahuan dan sikap yang baik muncul keinginan untuk melakukan penerapan tersebut untuk memantau perkembangan bayi. Pemahaman yang baik akan pentingnya penerapan dengan metode ini pada bayi yang berguna untuk memantau perkembangan bayi agar ibu mengetahui perkembangan bayi yang normal untuk bayi yang berusia 12 bulan serta meningkatkan kemampuan ibu dan menimbulkan kecenderungan untuk melakukan penerapan tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa penerapan DDST-II pada ibu sebagian besar mengalami perkembangan yang meragukan yaitu sebanyak 17 bayi (56,6%). Kemungkinan karena ada beberapa faktor yang menyebabkan yaitu faktor umur, pendidikan dan pekerjaan ibu sehingga tidak sempat mengajarkan pada bayinya untuk minum sendiri dengan gelas, atau bayi belum mampu minum sendiri dengan gelas.
Katz dan Scotland (1990) dikutip dari Azwar (2007) mengatakan bahwa prinsip konsistensi dalam teori ini terutama berlaku bagi objek sikap tunggal. Komponen-komponen afektif, kognitif dan perilaku dalam objek sikap tunggal bergerak menuju suatu konsistensi namun dalam suatu sistem secara keseluruhan berbagai sikap yang berbeda dapat saja tidak konsisten satu sama lain tanpa menimbulkan ketegangan.

4.        Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal. Dapat dilihat bahwa ada 15 responden dari 18 responden (83,3%) ibu yang berpengetahuan kurang penerapan dengan metode ini juga kurang dan ada 10 responden dari 12 responden (83,3%) ibu yang berpengetahuannya baik penerapannya pun juga baik. Sedangkan ada 3 responden dari 18 responden (16,7%) ibu yang berpengetahuan kurang tetapi penerapannya baik dan ada 2 responden dari 12 responden (16,7%) ibu yang berpengetahuan baik tetapi penerapannya kurang.
Berdasarkan analisa menggunakan SPSS – 20 (Statistical Product and Service Solution) didapatkan p-value (0,001) yang jika dibandingkan dengan derajad kebebasan yang digunakan yaitu α (0,05), artinya p-value (0,001) < α (0,05). Kemudian didapatkan hasil perhitungan chi-square diperoleh X² tabel = 3,841 dan X hitung = 10,458 yang artinya X² hitung  > X² tabel yang artinya Ha diterima (ada hubungan tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan dengan penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal 2012). Dengan Odd Ratio 25,000 yang artinya ibu yang pengetahuannya baik memiliki risiko 25 kali lebih tinggi untuk memberikan penerapan DDST-II yang baik pada bayinya dari pada responden yang berpengetahuan kurang.
Tingkat pengetahuan ibu tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, pendidikan dan pekerjaan maka tingkat pengetahuannya cenderung masih rendah, pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh informasi, semakin banyak informasi yang didapat oleh ibu tentang penerapan DDST-II maka perkembangan bayi akan efektif (Satoto, 2005).
Dari hasil penelitian dan teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang DDST merupakan cerminan dari ibu yang mampu mengetahui dan memahami mengenai perkembangan anaknya. Pengetahuan ibu yang baik, maka penerapannya pada bayi akan efektif, demikian juga sebaliknya dengan pengetahuan ibu yang kurang tentang metode tersebut maka penerapannya pun kurang diperhatikan oleh ibu.
Ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik berarti mempunyai pemahaman yang baik pula tentang manfaat dan dampak perkembangan, serta mengetahui bagaimana cara mengukur perkembangan bayi dengan menggunakan DDST-II. Sehingga ibu akan mempunyai sikap yang baik pula dengan penerapan metode ini pada bayi.
Dari hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan dengan penerapan DDST-II dapat dilihat dari 18 responden ada 3 responden (16,7%) yang memiliki  pengetahuan kurang tetapi melakukan penerapan DDST-II. Peneliti berasumsi bahwa hal ini dikarenakan beberapa faktor salah satunya adalah perhatian ibu terhadap anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Nur Latifah Amilda bahwa perhatian ibu terhadap anak sangat memegang peranan penting terhadap penerapan tersebut meskipun pengetahuan ibu kurang tetapi ibu mampu dalam menerapkan DDST-II karena ibu sangat memperhatikan perkembangan anaknya.
Dan hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan dengan penerapan DDST-II dapat dilihat dari 12 responden ada 2 responden (16,7%) yang memiliki pengetahuan baik tetapi tidak melakukan penerapan DDST. Peneliti menyimpulkan bahwa pada hakikatnya pengetahuan berbanding lurus dengan penerapan tetapi dari hasil penelitian didapat ada 2 responden yang memilki penegetahuan yang baik tetapi tidak melakukan penerapan DDST-II. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu seperti usia dan pekerjaan. Sesuai dengan penelitian Sri Yenita bahwa usia yang semakin bertambah menunjukan adanya penambahan ilmu dan pengalaman tetapi usia ibu yang semakin tua mengakibatkan penurunan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas  karena bertambahnya usia. Selain itu pekerjaan dapat mempengaruhi ibu untuk tidak melakukan penerapan DDST-II. Hal ini dikarenakan kesibukan pekerjaan yang dimilki ibu sehingga waktu yang dimiliki terbatas yang menyebabkan ibu tidak melakukan penerapan DDST-II. 
Berdasarkan hasil diatas peneliti menyimpulkan bahwa adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penerapan DDST-II. Karena pengetahuan yang baik akan berpengaruh pada penerapan tersebut pada ibu selain itu usia dan pekerjaan pun dapat mempengaruhi adanya penambahan ilmu dan pengalaman.

5.        Analisa Hubungan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu terhadap perkembangan bayi dengan penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal 2012. Dapat dilihat bahwa ada 14 responden dari 17 responden (82,4%) ibu yang sikap kurang baik penerapan dengan metode ini juga kurang dan ada 10 responden dari 13 responden (76,9%) ibu yang sikap baik penerapannya pun juga baik. Sedangkan ada 3 responden dari 17 responden (17,6%) ibu yang sikap kurang baik tetapi penerapannya baik dan ada 3 responden dari 13 responden (23,1%) ibu yang sikap baik tetapi penerapannya kurang baik.
Berdasarkan analisa menggunakan SPSS – 20 (Statistical Product and Service Solution) didapatkan p-value (0,004) yang jika dibandingkan dengan derajad kebebasan yang digunakan yaitu α (0,05), artinya p-value (0,004) < α (0,05). Kemudian didapatkan hasil perhitungan manual diperoleh X² tabel = 3,841 dan X hitung = 8,265 yang artinya X² hitung  > X² tabel yang artinya Ha diterima (ada hubungan sikap ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan dengan penerapan DDST-II di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal 2012. Dengan Odd Ratio 15,556 yang artinya ibu yang sikap baik memiliki risiko 15,556 kali lebih tinggi untuk memberikan penerapan DDST-II yang baik pada bayinya dari pada responden yang sikap kurang.
Menurut Heri Purwanto (2005) sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi. Menurut Suryabudhi (2003) sikap merupakan kecenderungan ibu untuk bertindak atau berperilaku dalam penerapan DDST.
Dari hasil diatas peneliti menyimpulkan bahwa sikap ibu sangat mempengaruhi kefektifan dalam penerapan DDST pada bayi. Sikap ibu terhadap perkembangan akan berpengaruh terhadap penerapan tersebut. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang cara memantau perkembangan akan mempengaruhi sikap atau respon ibu terhadap perkembangan, sehingga penerapan DDST pada bayi akan efektif. Demikian juga sebaliknya pengetahuan yang kurang akan berpengaruh terhadap sikap atau respon ibu terhadap penerapan tersebut pada bayi. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dengan sikap ibu yang baik dalam mamantau perkembangan bayi akan menerapkan DDST dengan efektif.
Sikap banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra-putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Demikian pula sikap ibu dalam penerapan DDST-II untuk memantau perkembangan bayi.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan sikap ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan dengan penerapan DDST-II dari 17 responden didapatkan hasil  ada 3 responden (17,6%) yang memiliki sikap kurang tetapi penerapannya baik. Peneliti menyimpulkan bahwa salah satu penyebabnya ibu memiliki sikap kurang dapat disebabkan karena kurangnnya pengetahuan ibu tentang DDST-II dan di karenakan oleh pengaruh orang lain yang dianggap penting seperti orang tua dan suami. Meskipun sikap ibu kurang tetapi ibu melakukan penerapan DDST-II. Hal ini dikarenakan karena sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdiposisi tindakan suatu perilaku. Dan dapat didukung oleh teori dari Walgito dalam Kusumaastuti (2010), sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorangnya.
Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat, seseorang yang tidak ingin dikecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi bentuk sikap tehadap sesuatu. Diantara orang yang dianggap penting bagi induvidu adalah orangtua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman ke sekolah, isteri atau suami (Azwar, 2007).
Postulate of contingent consistency menyatakan bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. norma-norma, perwana, keanggotaan kelompok, kebudayaan. Merupakan kondisi tergantung yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku dapat disadarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi lainnya. Tampaknya, postulat terakhir ini merupakan postulat yang paling masuk akal dan paling berguna dalam menjelaskan hubungan sikap dengan perilaku (Allen,dkk, 1980, dikutip dari Azwar, 2007).
Dan hasil penelitian hubungan sikap ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan dengan penerapan DDST-II dari 13 responden didapatkan hasil ada 3 responden (23,1%) yang memiliki sikap baik tetapi penerapan kurang baik. Menurut peneliti pada hakikatnya sikap  berbanding lurus dengan penerapan namun dari hasil penelitian didapat ada 3 responden yang memiliki sikap yang baik tetapi tidak melakukan penerapan DDST-II. Hal ini dikarenakan suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang dan usia yang semakin bertambah maka semakin bertambah pula pengalaman ibu mengenai perkembangan.
Sesuai dengan teori Ramdhani (2008) batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi didalam kegiatan sosial dan usia yang semakin bertambah menunjukan adanya penambahan ilmu dan pengalaman tetapi usia ibu yang semakin tua mengakibatkan penurunan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas karena bertambahnya usia. Selain itu pekerjaan dapat mempengaruhi ibu untuk tidak melakukan penerapan tindakan. Hal ini dapat dikarenakan kesibukan pekerjaan yang dimiliki ibu sehingga waktu yang dimiliki terbatas yang menyebabkan ibu tidak melakukan penerapan DDST-II.
Postulate of independent variation mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku berhubungan secara konsistensi. Sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam induvidu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda. Mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku (Allen,dkk, 1980, dikutip dari Azwar, 2007).
Berdasarkan hasil tabel silang diatas peneliti menyimpulkan bahwa adanya hubungan sikap ibu dengan penerapan DDST-II. Hal ini dikarenakan sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat pengetahuan seseorang yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar