BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tumbuh
kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin
dan terus berlangsung sampai dewasa, dalam proses mencapai dewasa inilah anak
harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang. Sebelum masa kanak – kanak
berakhir, tubuh anak akan mempersiapkan diri untuk memulai tahap pematangan
kehidupan kelaminnya (Hurlock, 2003).
Perkembangan
menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan
tidak diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan – perubahan
yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan
pada perubahan – perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju
(Ahmadi & Sholeh, 2005).
Menurut
Markum dkk, yang dikutip oleh Marimbi (2010) pertumbuhan berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk
atau individu, perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau
fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau
emosional akibat pengaruh lingkungan.
Upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia sebaiknya direncanakan sejak awal
kehidupan seseorang dan berlanjut pada masa usia balita. Pada masa itu sangat
penting untuk meletakkan dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan anak (Faidah,
2009).
Menurut
teori Lawrence Green (1980) dan Hosland, et al (1953) dalam Sukidjo Notoatmodjo
(2003) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kunjungan posyandu yaitu predisposing factor (umur, pendidikan,
pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan, sikap dan pendekatan), enabling factor (keterjangkauan
fasilitas, jarak posyandu dari rumah), reinforcing
factor (peran kader).
Menurut
Depkes RI, yang dikutip oleh Marimbi (2010) pertumbuhan adalah bertambah banyak
dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat
diukur yang berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu.
Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan dalam fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang baik. Perkembangan ini termasuk psikologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan,
dari lingkungan yang banyak berpengaruh dari kehidupan anak menjadi dewasa.
Perkembangan anak ada tiga aspek utama dalam kehidupan anak yaitu psikologis,
motorik dan sosial (UNICEF, 2008).
Menurut UNICEF (2008) hampir 200 juta anak dinegara
– negara miskin memiliki pertumbuhan dan perkembangan anak yang terhambat
karena gizi kurang. Menurut Depkes RI 3,38 juta jiwa anak dengan gizi kurang.
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor umur,
pendidikan dan pekerjaan ibu tersebut.
Di kota Padang, Dinas Kesehatan juga melakukan
penimbangan massal pada tahun 2009 pada 11 kecamatan yang ada di kota padang
sebagai salah satu langkah pemantauan terhadap status gizi bayi. Dari 11
kecamatan yang ada, kecamatan padang timur memiliki prevalensi masalah gizi
masalah gizi pada prioritas pertama. Pengukuran status gizi berdasarkan BB/TB
pada 3.267 orang bayi didapatkan, 2,4% bayi dalam kondisi sangat kurus, dan 13,
1% bayi dalam kondisi gemuk (overwhight)
sementara pengukuran status gizi berdasarkan BB/U didapatkan 3,6% bayi dengan
gizi buruk, 14,2% gizi kurang.
Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Kukar
menyebutkan sampai dengan September 2012 terdapat 129.807 balita. Dari jumlah
tersebut, 3.245 (2,5%) termasuk kategori berat badan yang sangat kurang. Berat
badan yang sangat kurang dapat dijadikan indikator terjadinya gangguan tumbuh
kembang pada anak.
Berdasarkan
data jumlah bayi yang berada Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam usia 1 – 12
bulan didapatkan 710 bayi. Ibu yang pengetahuannya baik tentang tumbuh kembang
pada bayinya terdapat 36,5% sedangkan ibu yang pengetahuannya kurang tentang
tumbuh kembang pada bayi terdapat 64,4%. Ibu yang sikapnya baik terhadap tumbuh
kembang bayinya terdapat 42,2%, sedangkan ibu yang sikapnya kurang baik
terhadap tumbuh kembang bayinya terdapat 57,3%. Bayi usia 1 – 12 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam kelompok status gizi baik terdapat 78.6%
memiliki perkembangan normal dan 21,4% perkembangan yang terhambat. Sedangkan
pada kelompok gizi kurang terdapat 53,6% memiliki perkembangan normal dan 46,4%
perkembangan yang terhambat. Hal
ini menunjukkan bahwa status gizi normal dan status gizi kurang memiliki
perbedaan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian).
Dari
data studi pendahuluan yang diperoleh oleh peneliti pada bulan Oktober 2012 di RT.
19 dan RT. 20 Desa Bangun Rejo Kec. Tenggarong Seberang dengan jumlah populasi 28
ibu yang memiliki bayi usia 1 – 12 bulan dilakukan dengan wawancara terhadap 10
ibu yang memiliki anak usia 1 – 12 bulan, Pada saat wawancara, semua ibu mengatakan tidak
mengetahui cara pengukuran tumbuh kembang bayi dan penerapan penilaian tumbuh
kembang dengan menggunakan DDST-II Karena menurut ibu dengan melihat
pertumbuhan dan perkembangan bayinya yang hampir sama dengan bayi yang lain dan
pergi menimbangkan bayinya ke Posyandu setiap bulan sudah cukup. Pengetahuan yang
paling baik adalah tentang sikap ibu
jika pertumbuhan dan perkembangan
bayinya berada
di bawah garis merah yaitu segera membawa balita ke Puskesmas atau petugas kesehatan. Sikap ibu
menidaklanjuti tumbuh kembang bayi yang baik juga masih ada
yang salah, Sikap ibu menindaklanjuti pengukuran tumbuh
kembang bayi dan penerapan penilaian tumbuh kembang dengan menggunakan DDST-II
terdapat 30%, sedangkan ibu
tidak peduli dengan pengukuran tumbuh kembang bayi dan penerapan penilaian
tumbuh kembang dengan menggunakan DDST-II
terdapat 70%, sikap ibu yang membanding –
bandingkan tumbuh kembang bayinya dengan bayi orang lain yang umurnya kurang
lebih sama karena ibu yang tidak tau
bagaimana menyikapi tumbuh kembang anaknya normal atau tidak.
Penilaian
berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar NCHS (National Center for Health Statistics)
yaitu menggunakan persentil sebagai berikut: persentil ke 50 – 3 dikatakan
normal, sedangkan persentil kurang atau sama dengan tiga termasuk kategori
malnutrisi.
Penilaian
berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu menggunakan persentase
dari median sebagai berikut : antara 80 – 100% dikatakan malnutrisi sedang dan
kurang dari 80% dikatakan malnutrisi akut (wasting).
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut standar baku NCHS yaitu
menggunakan persentil sebagai berikut: persentil 75 – 25 dikatakan normal,
persentil 10 – 5 dikatakan melnutrisi sedang, dan kurang dari persentil 5
dikatakan malnutrisi berat.
Dalam
mencapai sasaran pembangunan milenium (Millennium
Development Goals / MDGs) yang ditetapkan perserikatan bangsa – bangsa dan
pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010, sasaran MDGs ada
indikatornya serta apa yang dicapai. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan
“Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti selogan sebelumnya, salah
satunya sasaran tersebut adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak
usia dibawah 5 tahun. Dengan adanya perencanaan tersebut, usaha pemerintah
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan semakin baik kepada
masyarakat, tertuang dalam upaya mengembangkan kesehatan yang bersumber
masyarakat dengan diselenggarakannya pos pelayanan terpadu yang lebih dikenal
dengan Posyandu. Posyandu adalah pelayanan yang diselenggarakan dari masyarakat
oleh masyarakat oleh masyarakat sedangkan pemerintah hanya memfasilitasi.
Posyandu telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai suatu strategi untuk
memperluas jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2010).
Perkembangan
yang dialami anak merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap
perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya yang berlaku secara umum,
misalnya: anak berdiri dengan satu kaki, berjinjit, berjalan menaiki tangga,
berlari dan seterusnya (Depkes, 2007).
Menurut studi yang dilakukan oleh The Public Health Agency of Canada, DDST
adalah metode tes yang paling banyak digunakan untuk skrining masalah
perkembangan anak. Tes ini bermanfaat dalam mendeteksi masalah perkembangan
yang berat. Akan tetapi DDST telah dikritik tidak reliabel dalam memprediksikan
masalah-masalah yang kurang berat dan spesifik. Kritik ini juga dilontarkan
terhadap versi DDST yang telah direvisi, yaitu Denver II. Terhadap kritik
tersebut Frankenburg menjelaskan bahwa tujuan pokok dari DDST bukan untuk
menetapkan diagnosis akhir, melainkan sebagai metode cepat untuk
mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. Manfaat
pengkajian dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi baru
lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah satunya
serebral palsi. Pada bayi, tes ini sering kali dapat memberi jaminan kepada
orang tua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai problema dini yang
mengancam mereka. Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan permasalahan
akademik dan sosial.
DDST II atau Denver II bukan tes Intelegensia Quotient (IQ) dan bukan
peramal kemampuan adaptif atau intelektual perkembangan anak di masa mendatang.
Denver II tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis seperti ketidakmampuan dan
kesukaran belajar, gangguan bahasa atau gangguan emosional. Denver II tidak
untuk mensubtitusi evaluasi diagnostic atau pemeriksaan fisik, namun lebih
untuk membandingkan kemampuan pekembangan seorang anak dengan kemampuan anak
lain yang seumur.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
dan sikap ibu tentang tumbuh kembang bayi usia 1 – 12 bulan mayoritas masih
kurang dilihat dari berbagai faktor. Dengan ini diharapkan agar pertumbuhan dan
perkembangan anak menjadi lebih diperhatikan oleh semua pihak yang terkait.
Kegiatan
atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak prasekolah. dengan ditemukan penyimpangan atau masalah tumbuh
kembang anak secara dini, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan. Tenaga
kesehatan juga akan mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan atau
intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu / keluarga (Vivian,
2011).
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti
apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki bayi usia 1
– 12 bulan dengan tumbuh kembang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “ Apakah ada Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Desa Karang Tunggal Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012.
b. Mengetahui Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Desa Karang Tunggal Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012.
c. Mengetahui Penerapan DDST-II Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Kec. Tenggarong Seberang.
d. Mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012.
e. Mengidentifikasi Hubungan Tingkat Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konsep dan teori yang berkaitan dengan tugas mahasiswa serta dapat disusun sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau informasi kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang tumbuh kembang balita.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, khususnya mengenai tumbuh kembang pada balita. Sebagai referensi dalam pengembangan dan sebagai tambahan pengetahuan dan informasi untuk dikembangkan pada proses penelitian selanjutnya.
4. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pedoman, khususnya mengenai tumbuh kembang pada balita.
5. Bagi Teman Sejawat
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu bacaan, memperluas wawasan teman sejawat, menambah pengetahuan, dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan dijadikan masukan dalam penelitian serupa sehingga dapat memperdalam penelitian yang sudah ada bagi teman sejawat.
E. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini sifatnya analitik dengan menggunakan rancangan atau pendekatan secara cross sectional dan teknik pengambilan sample secara total sampling. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan di Posyandu Cempaka Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar