Rabu, 31 Juli 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 12 BULAN DENGAN PENERAPAN DDST-II POSYANDU CEMPAKA DESA KARANG TUNGGAL KEC. TENGGARONG SEBERANG KAB. KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa, dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang. Sebelum masa kanak – kanak berakhir, tubuh anak akan mempersiapkan diri untuk memulai tahap pematangan kehidupan kelaminnya (Hurlock, 2003).
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan – perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan – perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju (Ahmadi & Sholeh, 2005).
Menurut Markum dkk, yang dikutip oleh Marimbi (2010) pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau individu, perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sebaiknya direncanakan sejak awal kehidupan seseorang dan berlanjut pada masa usia balita. Pada masa itu sangat penting untuk meletakkan dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan anak (Faidah, 2009).
Menurut teori Lawrence Green (1980) dan Hosland, et al (1953) dalam Sukidjo Notoatmodjo (2003) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kunjungan posyandu yaitu predisposing factor (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan, sikap dan pendekatan), enabling factor (keterjangkauan fasilitas, jarak posyandu dari rumah), reinforcing factor (peran kader).
Menurut Depkes RI, yang dikutip oleh Marimbi (2010) pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur yang berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang baik. Perkembangan ini termasuk psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan, dari lingkungan yang banyak berpengaruh dari kehidupan anak menjadi dewasa. Perkembangan anak ada tiga aspek utama dalam kehidupan anak yaitu psikologis, motorik dan sosial (UNICEF, 2008).
Menurut UNICEF (2008) hampir 200 juta anak dinegara – negara miskin memiliki pertumbuhan dan perkembangan anak yang terhambat karena gizi kurang. Menurut Depkes RI 3,38 juta jiwa anak dengan gizi kurang. pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan dan pekerjaan ibu tersebut.
Di kota Padang, Dinas Kesehatan juga melakukan penimbangan massal pada tahun 2009 pada 11 kecamatan yang ada di kota padang sebagai salah satu langkah pemantauan terhadap status gizi bayi. Dari 11 kecamatan yang ada, kecamatan padang timur memiliki prevalensi masalah gizi masalah gizi pada prioritas pertama. Pengukuran status gizi berdasarkan BB/TB pada 3.267 orang bayi didapatkan, 2,4% bayi dalam kondisi sangat kurus, dan 13, 1% bayi dalam kondisi gemuk (overwhight) sementara pengukuran status gizi berdasarkan BB/U didapatkan 3,6% bayi dengan gizi buruk, 14,2% gizi kurang.
Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Kukar menyebutkan sampai dengan September 2012 terdapat 129.807 balita. Dari jumlah tersebut, 3.245 (2,5%) termasuk kategori berat badan yang sangat kurang. Berat badan yang sangat kurang dapat dijadikan indikator terjadinya gangguan tumbuh kembang pada anak.
Berdasarkan data jumlah bayi yang berada Di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam usia 1 – 12 bulan didapatkan 710 bayi. Ibu yang pengetahuannya baik tentang tumbuh kembang pada bayinya terdapat 36,5% sedangkan ibu yang pengetahuannya kurang tentang tumbuh kembang pada bayi terdapat 64,4%. Ibu yang sikapnya baik terhadap tumbuh kembang bayinya terdapat 42,2%, sedangkan ibu yang sikapnya kurang baik terhadap tumbuh kembang bayinya terdapat 57,3%. Bayi usia 1 – 12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam kelompok status gizi baik terdapat 78.6% memiliki perkembangan normal dan 21,4% perkembangan yang terhambat. Sedangkan pada kelompok gizi kurang terdapat 53,6% memiliki perkembangan normal dan 46,4% perkembangan yang terhambat. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi normal dan status gizi kurang memiliki perbedaan perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian).
Dari data studi pendahuluan yang diperoleh oleh peneliti pada bulan Oktober 2012 di RT. 19 dan RT. 20 Desa Bangun Rejo Kec. Tenggarong Seberang dengan jumlah populasi 28 ibu yang memiliki bayi usia 1 – 12 bulan dilakukan dengan wawancara terhadap 10 ibu yang memiliki anak usia 1 – 12 bulan, Pada saat wawancara, semua ibu mengatakan tidak mengetahui cara pengukuran tumbuh kembang bayi dan penerapan penilaian tumbuh kembang dengan menggunakan DDST-II Karena menurut ibu dengan melihat pertumbuhan dan perkembangan bayinya yang hampir sama dengan bayi yang lain dan pergi menimbangkan bayinya ke Posyandu setiap bulan sudah cukup. Pengetahuan yang paling baik adalah tentang  sikap ibu jika pertumbuhan dan perkembangan bayinya berada di bawah garis merah yaitu segera membawa balita ke Puskesmas atau petugas kesehatan. Sikap ibu menidaklanjuti tumbuh kembang bayi yang baik juga  masih ada yang salah, Sikap ibu menindaklanjuti pengukuran tumbuh kembang bayi dan penerapan penilaian tumbuh kembang dengan menggunakan DDST-II terdapat 30%, sedangkan ibu tidak peduli dengan pengukuran tumbuh kembang bayi dan penerapan penilaian tumbuh kembang dengan menggunakan DDST-II terdapat 70%, sikap ibu yang membanding – bandingkan tumbuh kembang bayinya dengan bayi orang lain yang umurnya kurang lebih sama karena ibu yang tidak tau bagaimana menyikapi tumbuh kembang anaknya normal atau tidak.
Penilaian berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar NCHS (National Center for Health Statistics) yaitu menggunakan persentil sebagai berikut: persentil ke 50 – 3 dikatakan normal, sedangkan persentil kurang atau sama dengan tiga termasuk kategori malnutrisi.
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu menggunakan persentase dari median sebagai berikut : antara 80 – 100% dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari 80% dikatakan malnutrisi akut (wasting). Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut standar baku NCHS yaitu menggunakan persentil sebagai berikut: persentil 75 – 25 dikatakan normal, persentil 10 – 5 dikatakan melnutrisi sedang, dan kurang dari persentil 5 dikatakan malnutrisi berat.
Dalam mencapai sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals / MDGs) yang ditetapkan perserikatan bangsa – bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010, sasaran MDGs ada indikatornya serta apa yang dicapai. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan “Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti selogan sebelumnya, salah satunya sasaran tersebut adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak usia dibawah 5 tahun. Dengan adanya perencanaan tersebut, usaha pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan semakin baik kepada masyarakat, tertuang dalam upaya mengembangkan kesehatan yang bersumber masyarakat dengan diselenggarakannya pos pelayanan terpadu yang lebih dikenal dengan Posyandu. Posyandu adalah pelayanan yang diselenggarakan dari masyarakat oleh masyarakat oleh masyarakat sedangkan pemerintah hanya memfasilitasi. Posyandu telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai suatu strategi untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2010).
Perkembangan yang dialami anak merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya yang berlaku secara umum, misalnya: anak berdiri dengan satu kaki, berjinjit, berjalan menaiki tangga, berlari dan seterusnya (Depkes, 2007).
Menurut studi yang dilakukan oleh The Public Health Agency of Canada, DDST adalah metode tes yang paling banyak digunakan untuk skrining masalah perkembangan anak. Tes ini bermanfaat dalam mendeteksi masalah perkembangan yang berat. Akan tetapi DDST telah dikritik tidak reliabel dalam memprediksikan masalah-masalah yang kurang berat dan spesifik. Kritik ini juga dilontarkan terhadap versi DDST yang telah direvisi, yaitu Denver II. Terhadap kritik tersebut Frankenburg menjelaskan bahwa tujuan pokok dari DDST bukan untuk menetapkan diagnosis akhir, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut. Manfaat pengkajian dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah satunya serebral palsi. Pada bayi, tes ini sering kali dapat memberi jaminan kepada orang tua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai problema dini yang mengancam mereka. Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan permasalahan akademik dan sosial.
DDST II atau Denver II bukan tes Intelegensia Quotient (IQ) dan bukan peramal kemampuan adaptif atau intelektual perkembangan anak di masa mendatang. Denver II tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosis seperti ketidakmampuan dan kesukaran belajar, gangguan bahasa atau gangguan emosional. Denver II tidak untuk mensubtitusi evaluasi diagnostic atau pemeriksaan fisik, namun lebih untuk membandingkan kemampuan pekembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain yang seumur.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu tentang tumbuh kembang bayi usia 1 – 12 bulan mayoritas masih kurang dilihat dari berbagai faktor. Dengan ini diharapkan agar pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi lebih diperhatikan oleh semua pihak yang terkait.
Kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. dengan ditemukan penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak secara dini, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan. Tenaga kesehatan juga akan mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan atau intervensi yang tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu / keluarga (Vivian, 2011).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki bayi usia 1 – 12 bulan dengan tumbuh kembang.

B.            Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “ Apakah ada Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012?”

C.           Tujuan Penelitian
1.        Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012.
2.        Tujuan Khusus
a.         Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Desa Karang Tunggal Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012.
b.         Mengetahui Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Desa Karang Tunggal Kec.  Tenggarong Seberang Tahun 2012.
c.         Mengetahui Penerapan DDST-II Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Kec. Tenggarong Seberang.
d.        Mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012.
e.         Mengidentifikasi Hubungan Tingkat Sikap Ibu Yang Memiliki Bayi Usia 12 Bulan Dengan Penerapan DDST-II Di Posyandu Cempaka Desa Karang Tunggal Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012



D.           Manfaat Penelitian
1.        Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konsep dan teori yang berkaitan dengan tugas mahasiswa serta dapat disusun sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
2.        Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau informasi kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang tumbuh kembang balita.
3.        Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, khususnya mengenai tumbuh kembang pada balita. Sebagai referensi dalam pengembangan dan sebagai tambahan pengetahuan dan informasi untuk dikembangkan pada proses penelitian selanjutnya.
4.        Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pedoman, khususnya mengenai tumbuh kembang pada balita.
5.           Bagi Teman Sejawat
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu bacaan, memperluas wawasan teman sejawat, menambah pengetahuan, dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan dijadikan masukan dalam penelitian serupa sehingga dapat memperdalam penelitian yang sudah ada bagi teman sejawat.
E.     Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini sifatnya analitik dengan menggunakan rancangan atau pendekatan secara cross sectional dan teknik pengambilan sample secara total sampling. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi usia 12 bulan di Posyandu Cempaka Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kec. Tenggarong Seberang Tahun 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar